Pagi itu mentari bersinar seperti hari-hari yang lalu,
seberkas cahaya masuk melalui celah dedaunan menembus dinding-dinding kayu
Langit bernyanyi seiring putaran bumi
Burung-burung pun tak berubah, berlomba mengepakkan sayapnya
Dia masih sanggup berdiri menatap waktu yang tak sadar telah mengintai detiknya Dalam keluhan, ia coba ucapkan sepatah kata
Tapi keangkuhan dan kesombongan telah menutupi hati-hati kami,
hingga tak menyisakan kasih sa-yang untuk sekedar menyapa suaranya
Desah nafas terdengar aneh di telingaku
Aku menangkap isyarat ketika wajahnya pucat dan tubuhnya semakin terkulai tak berdaya
Tapi kembali suara-suara keangkuhan menutupi sisi-sisi kalbu dan kuberlalu tak pedulikan sekian seruannya
Waktu mulai menghampiri,
mengambil detik yang pernah ia titipkan kepadanya beberapa puluh tahun yang lalu Malaikat melambaikan tangan ke arahnya, menjemput dia dari peraduannya
Kehidupan tak memberikan kesempatan lagi untuk menuliskan selembar cerita tentang dia dalam buku hariannya
Udara pun tak mengijinkan sentuhan nafas mengenainya
Aku tak mendengar lagi desah nafas yang aneh tadi
Aku terlena dalam do’a, ketika tanpa kusadari tubuhnya terkulai kaku dan hanya pe-nyesalan yang masih tersisa dari kenangannya
Aku pun masih ingat saat-saat perih itu begitu menyayat dan mengubah haluan hidupku lebih cepat dari yang kuduga
Selamat jalan ayah,
Kehidupan telah membawamu dariku ketika kau belum sempat mengucapkan kata perpisahan untukku.
Selamat tinggal ayah,
Yakinlah aku tak kan membiarkanmu sendiri menghadapi kegelapan dan kebingungan
Karena aku telah titipkan secerca cahaya dari lubuk hatiku untukmu
Dan aku akan selalu memenuhi keinginanmu, jika Dia mengijinkan
Damailah disana, dalam peristirahatan panjang
Menanti bunyi sangkakala yang entah kapan akan ditiup
Tapi kuyakin Dia terlalu Pengasih untuk membiarkanmu kesepian melewati waktu yang telah berubah
Wahai Sang Pencinta,
cintailah dia sebagaimana Engkau telah menciptakannya dengan penuh cinta dan kasih sayang
Duhai Pemilik Segala Kerajaan,
berikanlah untuknya impian yang belum sempat dikecamnya di kala hidupnya
Kasihani dia, ampunilah dia,
seandainya perbuatannya tak berkenan untuk-Mu
Tapi dia pun tak tahu akan apa yang dilakukannya
Taburi kedamaian di jiwanya. Selimuti tubuhnya dengan rahmat-Mu
Tuhan, Dzat Yang Maha Pemberi Cahaya
Terangi keadaannya dimana pun ia berada.
Biarkan sinar-Mu memandu langkahnya menyongsong jalan yang belum pernah ia lewati sebelumnya. Tuntun dia mengerti bahwa ia sedang memasuki kehidupan setelah kematiannya di dunia.
Selamat jalan ayah . . . . . . . . .
Selamat tinggal ayah . . . . . . . .
Senin, 13 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar