Senin, 13 April 2009

SECUIL RASAKU

20/12/02



Saat ragaku letih,
tiada lagi tempat berbaring
Saat ingin sendiri,
tak jua kutemukan sejengkal tanah untukku merenung
Saat jiwaku dahaga,
seluruh mata air kehidupan telah mengering
Saat hatiku merintih,
tak seorang pun yang datang menyapaku
Saat ingin kumenangis,
air mataku enggan melihat dunia
Saat batinku meronta,
menanti hadirmu dihempas sang bayu
hingga bayanganmu pun tak sudi menyapa dalam ruang hayal
karena muak atas kedurjanaan yang melanda bumi

Dunia telah mati,
Damai tak betah lagi singgah
Bahagia tak kan pernah melintas
Tawa anak kecil yang riang telah berubah
menjadi tangis kematian
Senandung rindu,
terdengar bagai terompet maut
yang segera merenggut nyawa dengan paksa
Cinta,
berdengung tanpa makna
Suara nyanyian burung di pagi hari
berganti gelegar meriam di setiap penjuru negeri

Manusia telah menjadi mayat hidup
tak sanggup lagi mendengar seruan ilahi
robor-robot itu tak punya hati nurani
terkubur perasaannya
yang ada hanya angkara dan nafsu binatang

Bumiku menangis,
terobek, tercabik, terkapar
terkubur dalam nestapa
meratapi nasib dirinya
Bumiku telah menghilang
tak berbekas
hanya kenangan yang menggeliat
di setiap rintihan sang waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar